NASIHAT BIJAK

1. Salah satu kunci untuk membuka pintu jodoh kamu adalah membuka diri dengan pihak luar. Lakukan kontak sebanyak mungkin dengan dunia luar. Bertemulah dengan banyak orang. Jalinlah pertemanan dengan banyak kalangan. Rajutlah persahabatan dengan siapa saja. Jangan menutup diri dimanapun kamu berada. Buka mata. Buka telinga. Dan… juga buka hatimu. “Open up your heart, jangan biarkan hatimu beku,”begitu kata Madonna.

2. Kamu pasti masih ingat ungkapan bahasa Latin yang berbunyi Ora et Labora. Berdoa dan berusaha. Setiap apapun yang kamu kerjakan sudah soyogianya kamu barengi dengan doa. Di muka bumi ini masih banyak kok orang yang percaya akan kekuatan doa.

3. Sudah barang tentu kamu memiliki banyak harapan dan keinginan dalam hidup ini. Sungguhpun begitu, tidak semua harapan dan keinginan kamu itu selalu terwujud. Tidak apa. Itu wajar. Itu lumrah.

4. Dalam sebuah hubungan, kemungkinan untuk terjadinya konflik selalu ada. Sekecil apapun konflik itu. Konflik yang tidak dapat ditangani dengan baik dapat berujung pada hancurnya hubungan yang telah dibina.

5. Seperti yang pernah diungkap dimuka, hidup itu adalah persoalan memilih. Jadi, pada akhirnya kamu harus membuat keputusan. Keputusan yang kamu buat tidak selamanya sebuah keputusan yang menyenangkan. Meski itu mungkin sebuah keputusan yang terbaik.

Perbedaan komunikasi antara pria dan wanita dalam asmara

Ini sedikit hiburan yang saya berikan untuk anda semua, semoga bermanfaat !

Perbedaan-perbedaan dalam komunikasi antara pria dan wanita, khususnya terkait dengan hubungan asmara, patut diketahui oleh kedua belah pihak. Pemahaman soal perbedaan ini pada gilirannya sedikit banyak akan ikut menjamin langgeng tidaknya hubungan yang terjalin. Berikut perbedaan antara pria dan wanita dalam soal hubungan asmara.

KAUM PRIA:
• Secara tradisi, pria umumnya mengambil inisiatif.
• Pria secara seksual lebih proaktif.
• Pria cenderung lebih aktif serta impulsif.
• Pria umumnya berpendapat, membicarakan hubungan yang romantis tidaklah terlalu perlu, dan menganggap ini sebagai buang-buang waktu.
• Pria cenderung lebih posesif ketimbang wanita.
• Pria melihat hubungan asmara seperti memainkan sebuah permainan (misal, bagaimana membuat kejutan kepada pasangannya).
• Pria menggunakan bahasa yang agresif saat berargumen.

KAUM WANITA:
• Secara tipikal, wanita bertindak reaktif pada awal hubungan asmara.
• Wanita dikenal sebagai pakar dalam soal menjalin hubungan.
• Wanita cenderung senang ngerumpi soal-soal keseharian sampai ke hal-hal yang detil.
• Cara wanita memberi kasih sayang lebih didasarkan pada aspek pragmatis dan persahabatan.
• Wanita sering menjadi pihak pertama yang langsung tersentuh secara emosional terkait dengan masalah-masalah yang muncul dalam hubungan yang sedang dijalinnya.
• Wanita menyenangi perhatian penuh dari pasangannya, terlepas dari topic obrolan atau aktivitas yang sedang dilakukan.
• Wanita cenderung lebih tajam perasaannya.

10 Ciri Anak Indigo

Dikemukakan oleh Lee Carol & Jan Tober dalam bukunya "The Indigo
Children " dan Nancy Ann Tape yang pertama kali menyebut istilah Indigo
Child dalam bukunya " Understanding Your Life Through Color "
(Sumber :Ayahbunda No.09 Edisi 3-16 Mei 2003)
1.Memiliki kesulitan dalam menghadapi otoritas mutlak
2.Tidak mau mengikuti kegiatan tertentu Ex:menunggu giliran yang menurutnya
tidak masuk akal.
3.Seringkali menemukan cara yang lebih baik untuk mengerjakan sesuatu
4.Tampak seperti pribadi yang asosial (kecuali dalam kalangan sendiri)
5.Mudah frustasi menghadapi sistem yang berorientasi pada ritual serta
kegiatan yang tidak menuntut kreatifitas
6.Tidak dapat dididik dengan disiplin kaku
7.Tidak malu membiarkan orang lain mengetahui apa yang mereka butuhkan
8.Penghargaan u/diri sendiri bukan hal utama yang mereka cari
9.Perilakunya sering menunjukan bahwa diri mereka sudah ditakdirkan hadir
didunia
10.Mereka biasanya muncul sebagai sosok yang memiliki keagungan kewibawaan

Berbeda, tetapi Bukan Anak "Aneh"
SEPANJANG perjalanan menuju rumah nenek, Ardi, sebut saja begitu, seperti
tidak bergerak. Wajahnya pucat pasi. Ia terus menutupi telinganya. Sang ibu
tak berani mengusik anak sulungnya. "Saya sebenarnya heran, kok Ardi
nangisnya sampai begitu waktu mendengar kabar ibu saya meninggal. Enggak
seperti anak kecil lain yang kehilangan neneknya. Sedih ya sedih, tapi
enggak gitu-gitu amat," ujar Dewi.

BEGITU turun dari mobil, Ardi seperti terkesima melihat sesuatu di pintu
masuk. Ketika mencium jenazah neneknya, tiba-tiba ia kembali menutupi
telinganya dan tampak ketakutan. Pandangannya terus menuju ke luar pintu.
Setelah itu Ardi mengatakan kepalanya sakit, dan tidak ikut ke makam.

Menjelang tengah malam, Ardi menanyakan apakah ibunya mendengar suara petir
siang tadi. Sang ibu menjawab, "Tidak." "Masak Mama enggak dengar, kan keras
sekali dan terus- terusan, Ma," kata Dewi menirukan ucapan Ardi saat itu.
"Sehabis itu Ardi menceritakan semuanya," lanjut Dewi. Selain petir, Ardi
melihat burung besar di pintu rumah sang nenek. "Burung itu enggak
pergi-pergi," ujar Ardi seperti ditirukan Dewi.

Saat mencium neneknya, Ardi melihat sang nenek berjalan menuju sebuah
gerbang. Saat itu Ardi mendengar suara petir lagi, yang lebih keras dari
sebelumnya, dan ia menyaksikan neneknya melangkah melewati gerbang, terus
berjalan menuju tempat yang ia katakan "indah sekali".

Peristiwa itu bukan yang pertama, sehingga Dewi dan suaminya tidak lagi
terkejut mendengar penuturan anak mereka. "Dia sering melihat macam- macam,
tetapi biasanya diam. Ia hanya mau berbicara sesudahnya, pelan-pelan dan
hanya kepada orang tertentu," sambung Dewi.

Usia Ardi kini menjelang 10 tahun. Di sekolah ia termasuk cerdas. IQ-nya
antara 125-130. "Tapi gurunya bilang ia suka bengong di kelas," sambung
Dewi. Kepada ibunya, ia bercerita melihat macam-macam di sekolah, yang tidak
bisa dilihat orang lain, di antaranya anak tanpa anggota badan, dan ia
merasa sangat kasihan.

Suatu hari saat belajar di rumah ia tersenyum. Ketika ditanya oleh sang ibu,
ia mengatakan ada anak persis sekali dengan dirinya. Hari berikutnya ia
bercerita, anak itu datang di sekolahnya. Ketika ditanya di mana ia tinggal,
anak itu menjawab, "Di sana," sambil telunjuknya menunjuk ke arah atas. "Ada
apa di sana?" tanya Ardi. Anak itu menjawab, "Ada orang gede- gede buanget.
Anak itu omongnya juga medhok lho Ma, kayak aku, persis," tutur Ardi seperti
diceritakan kembali oleh Dewi. Tentu tak ada orang lain melihat "anak itu"
kecuali Ardi.

Dewi dan suaminya memahami apa yang terjadi pada Ardi dan juga adiknya.
Beberapa anggota keluarganya juga memiliki kepekaan lebih dibandingkan
dengan orang kebanyakan. Pada Ardi hal itu sudah terdeteksi saat masih bayi.
"Kalau dengar suara azan, Ardi tampak mendengarkan dengan penuh
konsentrasi," kenang Dewi. Menjelang usia 1,5 tahun, Ardi membaca kalimat
syahadat secara sambung-menyambung seperti wirid. Sesudah bisa jalan,
sebelum usia dua tahun, ia mulai mengambil sajadah sendiri, memakai sarung
sendiri dan membuat gerakan seperti orang shalat, meskipun bukan waktu
shalat.

Toh tingkah laku Ardi membuat Dewi merasa agak risau. "Ia melihat dan
mendengar apa saja yang orang lain enggak bisa lihat dan enggak bisa
dengar," katanya. Ia tidak menceritakan situasi anaknya itu pada setiap
orang di luar keluarga. "Kalau enggak percaya bisa-bisa anak itu dianggap
berkhayal," lanjutnya.

Dewi tidak mengecap anaknya berkhayal, karena dalam beberapa hal ia juga
memiliki kepekaan itu, meski hanya sampai tingkat tertentu. "Suatu sore,
sehabis shalat, saya merasa ada bayangan putih. Ardi rupanya juga melihat
karena ia tersenyum. Dia bilang, 'Ma, ada yang ngikutin, perempuan. Tapi
orangnya baik sekali.' Ketika saya tanya siapa, Ardi tidak menjawab."

Suatu hari, Dewi membaca majalah yang menulis tentang tanda-tanda anak
indigo. "Lha saya pikir kok persis sekali sama anak saya. Lalu saya berusaha
menemui dr Erwin di Klinik Prorevital."

ANAK-ANAK dengan kemampuan seperti Ardi bukan hal yang baru di dunia, tetapi
fenomenanya semakin jelas 20 tahun terakhir ini. Beberapa film mengisahkan
kemampuan anak dan manusia dewasa dengan kemampuan semacam itu, di antaranya
The Sixth Sense, dan film-film seri seperti The X Files.

Menurut dr Tubagus Erwin Kusuma SpKj, psikiater yang menaruh perhatian pada
masalah spiritualitas, anak-anak seperti itu semakin muncul di mana-mana di
dunia, melewati batas budaya, agama, suku, etnis, kelompok, dan batas apa
pun yang dibuat manusia untuk alasan-alasan tertentu.

Fenomena itu menarik perhatian banyak pihak, karena dalam paradigma
psikologi manusia, anak-anak itu dianggap "aneh". Pandangan ini muncul
karena selama ini kemanusiaan telanjur dianggap sebagai hal yang statis, tak
pernah berubah. "Padahal, semua ciptaan Tuhan selalu berubah," ujar dr
Erwin.

Sebagai hukum, masyarakat cenderung memahami evolusi tapi hanya untuk yang
berkaitan dengan masa lalu. "Fenomena munculnya anak-anak dengan kemampuan
seperti itu merupakan bagian dari evolusi kesadaran baru manusia, yang
secara perlahan muncul di bumi, terutama sejak awal milenium spiritual
sekitar tahun 2000 yang disebut Masa Baru, The New Age, atau The Aquarian
Age. Semua ini merupakan wujud kebesaran Allah," tegas Erwin.

Fisik anak-anak indigo sama dengan anak-anak lainnya, tetapi batinnya tua
(old soul) sehingga tak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa
atau tua. Sering kali ia tak mau diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau
mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada. Kebanyakan anak indigo juga
memiliki indra keenam yang lebih kuat dibanding orang biasa. Kecerdasannya
di atas rata-rata.

Istilah "indigo" berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. Warna ini
merupakan kombinasi biru dan ungu, diidentifikasi melalui cakra tubuh yang
memiliki spektrum warna pelangi, dari merah sampai ungu. Istilah "anak
indigo" atau indigo children juga merupakan istilah baru yang ditemukan
konselor terkemuka di AS, Nancy Ann Tappe.

Pada pertengahan tahun 1970-an Nancy meneliti warna aura manusia dan
memetakan artinya untuk menandai kepribadiannya. Tahun 1982 ia menulis buku
Understanding Your Life Through Color. Penelitian lanjutan untuk
mengelompokkan pola dasar perangai manusia melalui warna aura mendapat
dukungan psikiater Dr McGreggor di San Diego University.

Dalam klasifikasi yang baru itu Nancy membahas warna nila yang muncul kuat
pada hampir 80 persen aura anak-anak yang lahir setelah tahun 1980. Warna
itu menempati urutan keenam pada spektrum warna pelangi maupun pada deretan
vertikal cakra, dalam bahasa Sansekerta disebut cakra ajna, yang terletak di
dahi, di antara dua alis mata.

"Itulah mata ketiga," ujar dr Erwin. The third eye itu, menurut dia,
berkaitan dengan hormon hipofisis (pituary body) dan hormon epificis (pineal
body) di otak. Dalam peta klasifikasi yang dibuat Nancy, manusia dengan aura
dominan nila dikategorikan sebagai manusia dengan intuisi dan imajinasi
sangat kuat.

"Letak indigo ada di sini," jelas Tommy Suhalim sambil menjalankan perangkat
teknologi pembaca aura, aura video station (AVS). Alat yang protipenya
dibuat oleh Johannes R Fisslinger dari Jerman tahun 1997 ini lebih canggih
dibandingkan perangkat teknologi serupa yang ditemukan Seymon Kirlian tahun
1939, dan Aura Camera 6000 yang dibuat Guy Coggins tahun 1992 berdasarkan
Kirlian Photography.

Tom menunjukkan titik berkedip berwarna nila tua, sangat jelas di antara
kedua mata Vincent Liong (19). Murid kelas dua tingkat SLTA di Gandhi
International School itu sudah menulis buku pada usia 14 tahun dan bukunya
diterbitkan oleh penerbit terkemuka di Indonesia. Buku Berlindung di Bawah
Payung itu merupakan refleksi, berdasarkan kejadian sehari- hari yang sangat
sederhana.

Pergulatan pemikiran yang muncul dalam tulisan-tulisannya kemudian seperti
datang dari pemikiran orang bijak, dan menjadi bahan pembicaraan. Pemilihan
angle-nya tidak biasa, dan hampir tidak terpikir bahkan oleh orang dewasa
yang menekuni bidang itu. Belakangan ia banyak menulis soal spiritual, namun
tetap dilihat dalam konteks ilmiah dan rasional.

Mungkin karena minatnya yang sangat besar pada dunia tulis-menulis, Vincent
tidak terlalu berminat dengan beberapa mata pelajaran di sekolahnya.
Orangtuanya yang tergolong demokratis pun sering tidak mengerti apa yang
diingini anaknya yang ber-IQ antara 125-130 ini. "Dia keras kepala. Kemarin
ia tidak mau ikut ujian matematika," sambung Liong, ayahnya.

Vincent mengaku "takut" pada matematika sejak kecil, tapi mengaku disiplin
pada aturan mainnya sendiri. "Sejak kecil aku bingung pada dogma satu tambah
satu sama dengan dua. Aku juga bingung dengan ilmu ekonomi karena dalam
realitas sosial berbeda," tegas Vincent.

Toh sang ibu sudah menengarai keistimewaan anaknya sejak bayi. Waktu SD,
Vincent biasa bergaul dengan gurunya, dan orang-orang setua gurunya.
Pertanyaannya banyak dan sangat kritis. "Saya langganan dipanggil guru bukan
hanya karena anak itu sulit. tetapi juga karena karangan-karangannya membuat
guru-gurunya kagum," ujar Ny Ina.

Vincent sudah menulis tentang teleskop berdasarkan pengamatan dan referensi
pada usia SD. "Di rumah ia membawa ensiklopedi yang besar- besar itu ke
kamarnya," ujar Ny Ina. "Kamarnya kayak kapal pecah. Tidurnya dini hari
karena menulis," sambung Liong. "Saya sering meminta agar ia menyelesaikan
pendidikan formalnya dulu, karena bagaimanapun itu sangat penting," lanjut
Liong.

"PENDIDIKAN formal sangat penting karena anak-anak indigo harus membumikan
'ilmu langitnya' untuk kebaikan manusia. Bukan sebaliknya," ujar Rosini
(40). Ia menganjurkan, agar anak-anak yang memiliki kemampuan berbeda itu
tidak dieksploitasi oleh orangtua dan lingkungannya untuk mencari nomor
togel atau menjadi dukun atau klenik. "Bukan itu misi anak-anak indigo,"
tegas Rosi.

Anak-anak itu sebenarnya punya mekanisme pertahanannya sendiri. Annisa,
misalnya. Gadis kecil berusia 4,5 tahun ini tiba-tiba berbicara dalam bahasa
Inggris beraksen Amerika begitu ia bisa bicara pada usia 2,5 tahun. Padahal
orangtuanya tidak berbahasa Inggris dengan baik. Meski tampak menggemaskan,
dalam banyak hal ia berbicara dan bersikap seperti orang dewasa, bahkan
menyebut dirinya "orang Amerika" karena "datang dari Amerika". Nisa menyebut
ibunya, Yenny bukan dengan panggilan mama.

Kemampuan melihat dan mendengar Nisa sangat tajam pada pukul 23.00 sampai
dini hari. Tetapi kalau secara sengaja diminta memperlihatkan kemampuannya,
ia akan menolak dengan tidak memperlihatkan kemampuan itu sehingga ia tampak
seperti anak-anak lainnya," ujar Yenny. Kata sang ibu, Nisa tidak mudah
bersalaman dengan orang. Ia seperti tahu orang yang suka pergi ke dukun atau
memakai jimat. Namun sebagai anak-anak Nisa juga suka menyanyi dan bermain.

Jenis dan kemampuan anak indigo bermacam-macam. Meski memiliki kepekaan yang
kuat, kepekaan mendengar dan melihat sesuatu yang tidak didengar dan dilihat
orang kebanyakan, berbeda-beda gradasinya.

Menurut Lanny Kuswandi, fasilitator program relaksasi di Klinik Prorevital,
mengutip dr Erwin, "Ada tipe humanis, tipe konseptual, tipe artis, dan tipe
interdimensional. Pendekatan terhadap mereka juga berbeda-beda," sambungnya.

Namun karena dianggap "aneh", tak jarang diagnosisnya keliru dan
penanganannya lebih bersandar pada obat-obatan. "Ada anak indigo yang
dianggap autis, ADHD (Attention-Deficit Hyperatictve Disorder) maupun ADD
(Attention Deficit Disorder). Padahal tanda-tandanya berbeda," sambung
Erwin. Kekeliruan semacam ini juga terjadi di AS, karena banyak ahli
menganggap anak-anak itu menderita "gangguan" yang harus dihilangkan.

"Saya beberapa kali pergi ke psikolog dan psikiater," ujar Rosini.
Profesional di suatu perusahaan swasta terkemuka itu suatu saat dalam
hidupnya merasa sangat terganggu oleh suara-suara itu. Orangtuanya juga
merasa anaknya "aneh" karena kerap memberi tahu peristiwa yang akan terjadi,
tetapi menolak mengakui kemampuan anak itu.

"Dalam tes yang dibuat oleh mereka, saya dinyatakan sehat. Tidak ada
gangguan apa pun," sambung Rosini. Sebaliknya, ia melihat psikolog dan
psikiater yang melakukan tes terhadap dirinyalah yang bermasalah. Ia juga
pernah mencoba mencari paranormal untuk membuang kemampuannya itu, meski
suara-suara itu mengatakan "jangan".

Akhirnya Rosi berdamai dengan dirinya dan mengembalikan kemampuannya sebagai
wujud kebesaran Allah SWT, dengan berusaha untuk terus mendekatkan diri pada
Sang Pencipta. Karena itu ia ingin membantu orangtua dengan anak-anak indigo
agar anak- anak itu tidak melewati masa pencarian yang rumit seperti
dirinya.

Indigo children, menurut Erwin, bukan fenomena terakhir, karena akan lahir
anak-anak yang disebut sebagai crystal children. "Anak-anak dengan warna
dasar aura, bening dan lengkap. Mereka lahir dari orangtua yang spiritual."

Mungkin Cita (9) termasuk anak itu. Keluarganya, sampai nenek-neneknya,
spiritualis. Ia bisa melihat sinar dan malaikat di rumah ibadah, khususnya
ketika orang-orang sedang berdoa. Ini hanya salah satu kemampuan "melihat"
milik anak yang selalu mendapat rangking di sekolah itu. Cita tahu kapan
hujan akan turun hari itu dan sebaliknya, meskipun mendung sudah
menggantung.

"Ia menjadi teman dan penasihat kami, bapak-ibunya. Di sekolah, di keluarga
besar kami, terasa ia menebarkan aura kedamaian dan kebahagiaan. Anak itu
sangat tenang dan pemaaf," ujar ibunya, Ny Dita. (MH)



Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0406/27/keluarga/1111602.htm

About me

Nama saya Lusci Ferre, saya berumur 15 tahun. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Ini kali pertama saya untuk membuat blog ini. Dengan blog ini, saya memiliki tujuan untuk membantu orang-orang dengan segala masalah mereka. Jadi, unutk membantu perkembangan blog ini, saya harap kalian semua dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan disini.

Sejak kecil, saya memiliki perasaan bahwa saya lahir ke dunia untuk membuat perubahan terhadap orang-orang di sekitar saya. Mungkin itu adalah perasaan yang sama terhadap anak-anak lainnya yang memiliki kondisi yang sama dengan saya. Saya memiliki pemikiran dewasa daripada anak- anak yang lainnya. Oleh karena itu, itu membuat saya kesusahan untuk berkomunikasi dengan anak-anak lainnya. Walaupun IQ saya 125, itu tidak menjamin saya untuk menjadi anak pandai. Saya sangat bodoh di Sekolah Dasar saya. Oleh karena itu, Saya selalu berpikir, ada apa dengan saya? Dan saya mendapat jawaban itu ketika saya masuk Sekolah Menengah Pertama. Saya menemukan diri saya sendiri sebagai seorang anak Indigo. Anak yang memiliki perbedaan dengan anak lainnya.